Senin, 17 Januari 2011

Hakekat Manusia dan Pengembangannya

BAB I
HAKIKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Potensi Kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga bagaimana pun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia akan membentuk peta tentang karakter manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksi di dalam interaksi edukatif. Dengan kata lain ,dengan menggunakan peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh ke dalam bentuk–bentuk transaksi yang patologi dan berakibat merugikan subjek terdidik.
Alasan kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, lebih-lebih pada masa mendatang. Memang banyak manfaat yang dapat diraih bagi kehidupan manusia darinya. Namun, di sisi lain tidak dapat dielakkan akan adanya dampak negatif, yang terkadang tanpa disadari sangat merugikan bahkan mungkin mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti ditemukannya bom kimia dan bakteri, video, dan DBS (Direct Broad-casting System) rekayasa genetika dan lain-lain yang digunakan secara tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, adalah sangat strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian pertama dari seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
Setelah mempelajari materi Bab I ini, Anda akan memahami karakter manusia yang membedakan manusia dengan hewan, dimensi-dimensi hakikat manusia dan pengembangan dimensi-dimensi tersebut. Selanjutnya memahami sosok manusia Indonesia se-utuh nya dan manusia sebagai makhluk serba terhubung. Dengan mengaji materi tersebut secara saksama, maka lebih khusus dan rinci Anda akan dapat :
  1. Menuliskan sifat- sifat hakikat manusia yang membedakannya dari hewan.
  2. Menjelaskan arti masing-masing sifat hakikat manusia tersebut.
  3. Menjelaskan hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan pendidikan.
  4. Menuliskan empat macam dimensi hakikat manusia.
  5. Mendeskripsikan ciri utama dari masing-masing dimensi hakikat manusia.
  6. Menjelaskan implikasi pendidikan dari masing–masing dimensi hakikat manusia.
  7. Membuat deskripsi tentang sosok manusia Indonesia se-utuh nya menurut GBHN.
  8. Menjelaskan manusia sebagai makhluk serba terhubung.
Untuk mencapai tujuan tersebut di bawah ini akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dari wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensi-nya, pengembangan dimensi tersebut, dan sosok manusia Indonesia se-utuh nya.

A. Sifat Hakikat ManusiaSifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal praktik melainkan praktik yang berlandas dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan. Uraian selanjutnya akan membahas pengertian sifat hakikat manusia dan wujud sifat hakikat manusia.
  1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakter, yang secara prinsip (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meski pun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologis nya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala, dan adanya persamaan metabolisma dengan manusia.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia
 
Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu :
  • Kemampuan menyadari diri;
  • Kemampuan bereksistensi;
  • Pemilikan kata hati;
  • Moral;
  • Kemampuan bertanggung jawab;
  • Rasa kebebasan (kemerdekaan);
  • Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
  • Kemampuan menghayati kebahagiaan.
B. Dimensi- Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunggulan,dan Dinamika nya

Pada butir A telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensi nya atau ditilik dari sisi lain. Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas, yaitu :
  1. Dimensi Individualistis
  2. Dimensi Sosial
  3. Dimensi Kesusilaan
  4. Dimensi Keberagamaan

1. Dimensi Individual

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, Individu dan Masyarakat: 4.) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.

2. Dimensi Sosial
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialistis. Demikian kata M.J Langeveld (M.J.Langeveld,1955:54). Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling komunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.

3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi . Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.

4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indra nya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan lah mitos-mitos. Misalnya, untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan persembahan-persembahan dan memberikan korban-korban. Sikap dan kebiasaan yang membudaya pada nenek moyang kita seperti itu dipandang sebagai embrio dari kehidupan manusia dalam beragama.

C . Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum ter-aktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”. Dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman terkenal. Setiap manusia lahir dikaruniai “naluri” yaitu dorongan-dorongan yang alami (dorongan makan, seks, mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah ke arah status manusiawi. Meski pun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi kesalahan –kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Hal demikian bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :
  1. Pengembangan yang utuh, dan
  2. Pengembangan yang tidak utuh

1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesusilaan didominasi oleh pengembangan dimensi individualis atau pun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganan nya.

D. Sosok Manusia Indonesia Se utuh nya

Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. Sosok manusia Indonesia se utuh nya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia se utuh nya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, atau pun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya. Selanjutnya juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.


BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan

1. Batasan tentang Pendidikan

Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasi nya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasi nya.

  1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
  2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
  3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
  4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
  5. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
2. Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan
 Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia. Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat pada:
  1. Undang-undang No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang se utuh nya yaitu yang beriman dan dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

  2. Tujuan Pendidikan nasional menurut Ketetapan MPR NO II/MPR/1993 yaitu  Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, memiliki kinerja profesional serta sehat jasmani dan rohani.

    Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.

  3. TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatif dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945, Bab II (Pasal 2, 3, dan 4)
b. Proses Pendidikan

standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara berencana atau di desain dalam pelaksanaan pembelajaran
Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Komponen-komponen dalam Standar Proses Pendidikan:
  1. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
  1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Berikut ini syarat-syarat terlaksananya suatu proses pembelajaran.
  1. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan be­lajar adalah:
1)      SD/MI : 28 peserta didik
2)      SMP/MT : 32 peserta didik
3)      SMA/MA : 32 peserta didik
4)      SMK/MAK : 32 peserta didik.
  1. Beban kerja minimal guru
1)      beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem­belajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksana­kan tugas tambahan;
2)      beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada 1) di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
  1. Buku teks pelajaran
1)      buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh se­kolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku­ buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
2)      rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
3)      selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku refe­rensi dan sumber belajar lainnya;
4)      guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di per­pustakaan sekolah/madrasah.
  1. Pengelolaan kelas
3.      Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan ter-program dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis atau lisan, dan non tes dalam bentuk pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, porto folio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
4. Pengawasan Proses Pembelajaran
Pemantauan
  1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
  3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Supervisi
  1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
  3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Evaluasi
  1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
1)      membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan,
2)      mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik.
  1. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran.
  2. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
Tindak lanjut
  1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar.
  2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar.
  3. Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
4. Kemandirian dalam Belajar
a. Arti dan Prinsip yang melandasi
b. Alasan yang Menopang
Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar. Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988: 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1) Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2) Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%,sifatnya relatif. Semua teori mungkin tertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membuktikan kekeliruan teori tersebut. Sebagai akibatnya muncullah lagi teori baru pada dasarnya kebenarannya juga bersifat relatif.
Konsep dasar kemanusiaan dalam belajar sebagaimana dikemukakan itu membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru, dan peranan peserta didik.
B. Unsur – Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal,yaitu :
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

C. Pendidikan sebagai Sistem
1. Pengertian Sistem

a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau reorganisasi; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10.)

2. Komponen dan Saling Hubungan Antara Komponen dalam Sistem pendidikan
  1. Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put)
  2. Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah,kurikulum,anggaran pendidikan,prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakanya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.
  3. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar,kependudukan,politik dan keamanan Negara merupakan factor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperanya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

3.Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi,politik,social,budaya sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari system pendidikan.

4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik
  1. Cara Memandang Sistem
  2. Masalah Berjenjang
  3. Analisis Sistem dalam Pendidikan
  4. Saling Hubungan Antar komponen
  5. Hubungan Sistem dengan Suprasistem.
  6. Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan

5. Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Pengajaran (Instruction)
- Lebih menekankan pada
penguasaan wawasan dan
pengetahuan tentang bidang
/program
tertentu seperti pertanian,
kesehatan,dan lain-lain.
- Makan waktu relative pendek.
- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Pendidikan (Education)
- Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
- Makan waktu relatif panjang.
- Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi.

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem
7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan,berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku.Bisa juga disebut pendidikan prasekolah,dasar (Pra – Elementary School).

BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
SERTA PENERAPANNYA

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyrakat tertentu. Pendidikan sebagai disiplin ilmu tersendiri dan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan. Landasan tersebut antara lain:


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis berkaitan dengan makna dan hakikat pendidikan yang berusaha menelaah masalah pokok seperti:
  • Apakah pendidikan
  • Mengapa pendidikan itu perlu
  • Kapan dan di mana pendidikan dilaksanakan.
  • Apakah tujuan pendidikan? 
Falsafah atau philosophy bersumber dari bahasa yunani, philein berarti mencintai dan suphos berarti arif atau bijaksana. Falsafah menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual. Hasilnya berupa konsep-konsep tentang kehidupan di dunia. Falsafah bersumber pada:
  1. agama dan etika yang bertumpu pada keyakinan
  2. ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada penalaran.
istilah falsafah dapat digunakan dalam dua pendekatan
  1. filsafat sebagai kelanjutan berpikir ilmiah 
  2. filsafat sebagai kajian formal
 selanjutnya dalam perkembangan filsafat pendidikan tidak hanya menganut satu aliran filsafat tersebut di atas. tetapi mengikuti beberapa aliran, pada akhirnya ada 4 aliran filsafat terbesar yang memengaruhi pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

ESENSIALISME
dalam dunia pendidikan aliran esensialisme di lapangan menggunakan dua filsafat idealisme dan realisme, hanya dipasang tidak lebur. dengan berpegang pada yang esensi inti atau pokok, esensialisme menentukan bahwa:
  1. mata pelajaran sejarah menggunakan dasar idealisme, sedangkan ilmu pengetahuan lain menggunakan realisme.
  2. memisahkan mata pelajaran teoritis yang disebut liberal arts, dan mata pelajaran praktik disebut practical arts.
  3. kurikulum SD berintikan 3 ketrampilan dasar (basic skill) yakni the 3's terdiri dari reading, writting, dan arithmatic.
2. Landasan Sosiologis
Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri.

3. Landasan Kultural
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :
(1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.
(2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyrakat, dan
(3) Fisik yakni benda hasil karya manusia.

4. Landasan Psikologis
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapanya dalam bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi , urutan, dan ciri – cirri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi, serta istilah lain yang terkait dengannya.

B. Asas- Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar


BAB IV
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI
TERHADAP MASYRAKAT MASA DEPAN

A.Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.
Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Beberapa diantaranya yang dibahas selanjutnya adalah

1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat
2. Perkembangan iptek yang makin cepat.
3. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
4. Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu telah mulai tampak perananya di masa depan.
B.Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
2.Upaya Mengantisipasi Masa Depan

BAB V
PENGERTIAN,FUNGSI,DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyrakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri –sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.


BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Berkaitan dengan kemampuan dan kekuatan pendidikan, dikenal beberapa aliran.
  1. aliran Nativisme yang beranggapan bahwa pengaruh pada anak didik tidak berdaya karena anak dilahirkan dengan sejumlah kemampuan da kepribadian bawaan yang tidak bisa diubah lewat pendidikan. tokoh yang terkenal adalah Schopenhouer. jadi pendidikan di sini tidak perlu.
  2. aliran Empirisme anggapan yang menyatakan bahwa anak dilahirkan sebagai kertas putih (teori tabula rasa) maka pendidikan sangat berkuasa. anak bisa dicetak menjadi apa saja tergantung pendidikan. tokoh yang terkenal adalah John Locke.
  3. aliran Konvergensi, William Stern berpendapat bahwa anak menjadi dewasa sebagai hasil perpaduan antara bawaan, pendidikan, dan lingkungan.
  4. aliran Romantik, JJ Rousseou mengatakan bahwa pendidikan harus mengembalikan ke alam. jadi pendidikan yang tepat adalah pendidikan alam. pendidikan juga harus berpihak pada anak karena buka orang dewasa yang berbentuk kecil. aliran romantik disebut pula aliran naturalisme.
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu,kini,dan masa yang akan dating terus berkembang.Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni Taman Siswa dan INS Kayu Tanam.


BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertam karena sifat sasaranya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan pemerataan didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperlan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan,ilmu, dan teknologi.


BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating.
a.Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu, jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah yang sering disingkat dengan PLS.
1) Jalur Pendidikan Sekolah
2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).
1) Jenjang Pendidikan Dasar
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.
Muatan local adalah Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan muatan local adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.
Lingkungan alam meliputi :
1) Daerah pantai.
2) Daratan rendah.
3) Daratan tinggi.
4) Pegununggan/gunung.
Pola Kehidupan yaitu :
1) Perikanan darat dan laut.
2) Peternakan.
3) Persawahan.
4) Perladangan.
5) Perdagangan, termasuk di dalamnya jasa.
6) Industri kecil, termasuk didalamnya industri rumah tangga.
7) Industri besar.
8) Pariwisata.
B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
a. Pembaruan Landasan Yuridis
b. Pembaruan Kurikulum
c. Pembaruan Pola Masa Studi
d. Pembaruan Tenaga Kependidikan

2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional



BAB IX
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

A.Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
1. Segi Sasaran Pendidikan
2.Segi Lingkungan Pendidikan
1) Lingkungan Keluarga
2) Lingkungan Sekolah
3) Lingkungan Masyarakat
3. Segi jenjang Pendidikan
4. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan

C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal , yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

A) Hubungan Antar Aspek-aspek
B) Aspek Filosofis Keilmuan



M.J Langeveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri. Artinya dengan mempelajari ilmu mendidik seseorang dapat membenahi tindakan- tindakannya sehingga terhindar dari kesalahan- kesalahan mendidik.
Konsep humanism degan pasang surutnya serta pergesaran- pergeseran tekanan dari zaman kuno, abad tengah, zaman Renaissanse hingga dewasa ini memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada pendidikan dalam membangun dirinya. Dewasa ini humanis me meniupkan angin segar terhadap pendidikan yang bersasaran peserta didik sebagai pribadi yang otonom. Paham humanisme member sumbangan terhadap bagaimana seyogianya memandang peserta didik secara benar dan sehat.

C) Aspek Yuridis
a) Isi UU RI No.2 Tahun 1989
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel .dp. UU No. 4 /1950 dan UU No. 22/61.

D) Aspek Struktur

E) Aspek Kurikulum



Rangkuman

Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula- mula membangun manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial yaitu diri manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesehatan Lingkungan, Etika Lingkungan, dan Pengembangan Pemukiman

PE MBAHASAN KESEHATAN LINGKUNGAN A.       Pengertian Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting ...